Saat ini, atau bahkan beberapa bulan ke belakang, kita dihadapkan pada banyaknya karya yang membahas tentang jalur langit atau simple-nya adalah doa. Banyak orang yang setuju atau meng-aamiin-kan istilah ini bahwa jalur langit masih menjadi juara. Sementara pada episode lain, saya membaca sebuah tulisan yang menyatakan bahwa bersujud pada Allah di atas bumi akan sampai langsung ke pada-Nya, lebih cepat dari perantaraan buraq atau bersama malaikat. Namun, atas segala kesulitan dan challenge yang datang, Allah memberikan solusi dalam al-Qur’an, yakni bersujud di atas bumi. Mendekati Allah melalui JALUR BUMI. Salat bukan sekadar solusi: tetapi tahta tertinggi (setelah tauhid).
Mengapa Allah menempatkan salat urutan kedua setelah tauhid dalam rukun Islam? Mengapa Allah tidak menurunkan wahyu langsung ke bumi, namun memanggil Rasulullah langsung melintasi jagad raya demi perintah salat? Mengapa Rasulullah amat besar kecintaannya pada aktivitas ini? Mengapa perintah salat sangat banyak diperintahkan dalam al-Qur’an?
Karena salat bukan hanya menenangkan, namun me-MENANG-kan. Via jalur bumi, harapan, hajat, atau niat kita akan langsung menuju Allah, tanpa perantara, tanpa delay atau pun terpending.
Mengapa Allah menempatkan salat urutan kedua setelah tauhid dalam rukun Islam? Mengapa Allah tidak menurunkan wahyu langsung ke bumi, namun memanggil Rasulullah langsung melintasi jagad raya demi perintah salat? Mengapa Rasulullah amat besar kecintaannya pada aktivitas ini? Mengapa perintah salat sangat banyak diperintahkan dalam al-Qur’an?
Karena salat bukan hanya menenangkan, namun me-MENANG-kan. Via jalur bumi, harapan, hajat, atau niat kita akan langsung menuju Allah, tanpa perantara, tanpa delay atau pun terpending.



